Kapan mengajar kemandirian pada anak
Sumber: kaltimpost.co.id

Parenting Superbook / 18 March 2014

Kalangan Sendiri

Kapan mengajar kemandirian pada anak

Zakarias Feoh Official Writer
3034

Pertanyaan yang seringkali muncul bagi setiap orang tua adalah kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan kepada anak untuk menjadi mandiri ?  Tentunya tidak mudah dijawab, oleh karena ada berbagai alasan, dan berbagai budaya yg melatarbelakangi pola mengasuh dan mengajari anak.  Di Jepang memang sudah dimulai sejak dini. Contoh simple, sejak bayi, jika bepergian dengan mobil, bayi Jepang akan ditempatkan di tempat duduk sendiri (car seat), tidak dipangku orangtua. Selain faktor keamanan, ini merupakan bentuk kemandirian sendiri.

Kemudian saat beranjak besar, sekitar dua tahun ke atas, jika bepergian saat hari hujan, anak Jepang tidak berbagi payung dengan orangtuanya. Mereka mengenakan jas hujan sendiri atau pegang payung sendiri lengkap dengan sepatu boot-nya. Ini mengajarkan anak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar tidak terkena air hujan. Memang membesarkan anak dapat diibaratkan seperti menyiapkan masakan sangat unik! Meski bahannya sama, namun citarasa masakan belum tentu sama bergantung pada siapa yang memasaknya. Begitu pula dengan membesarkan anak. Kita boleh menggunakan metode yang sama namun hasil akhir belum tentu sama. Setiap anak unik dan mesti diperlakukan secara khusus, sesuai dengan kondisinya.

Salah satu tugas yang mesti dijalankan orang tua adalah  mempersiapkan anak untuk hidup mandiri. Karena pada akhirnya anak akan harus hidup sebagai seorang dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Ia tidak lagi dapat terus bergantung pada kita sebagai orang tuanya. Nah, dalam kerangka menyiapkan anak untuk mandiri, kita pun perlu untuk mulai memisahkan anak dari kita salah satunya adalah, tidak lagi tidur dengan orang tua.   Mungkin salah satu pertanyaan yang muncul berkaitan dengan hal ini adalah, pada umur berapakah anak semestinya dipisahkan untuk tidur sendiri. Sebetulnya tidak ada patokan yang jelas, pada usia berapakah seharusnya anak tidur sendiri ? Sama seperti kita tidak dapat mematok pada usia berapakah anak seharusnya makan sendiri, kita pun tidak bisa secara kaku memastikan pada usia berapakah anak seharusnya tidur sendiri.   

Justru yang lebih dapat kita pastikan adalah pada masa awal seharusnya anak tidur dengan orang tua,  setidaknya dan sebaiknya dengan ibu. Tidur bersama orang tua memberikan rasa tenteram pada diri anak sebab pada usia awal ini, anak bergantung sepenuhnya pada kita, orang tuanya, untuk menyusui dan merawatnya. Jadi, makin dekat kehadiran orang tua, makin tenteram hati si anak. Sebaliknya, makin jauh kehadiran orang tua makin susah dan makin lama orang tua hadir ketika dibutuhkan anak makin bertambah kecemasan pada diri anak. Nah, di dalam rasa aman ini, secara perlahan anak akan makin siap untuk ditinggal oleh orang tua untuk tidur sendiri. Jadi, tidak benar bila kita berpendapat bahwa seharusnyalah sejak kecil anak sudah harus tidur terpisah dari orang tua supaya ia terbiasa tidur sendiri. Anak memerlukan kehadiran orang tua secara dekat supaya tercipta rasa aman. 

Alkitab sarat dengan gambar Allah sebagai Bapa yang mengasihi kita anak-anak-Nya. Sudah tentu kita mesti mengasihi anak namun kita pun mesti mendisiplin anak. Amsal 22:6 menegaskan pentingnya disiplin dalam pertumbuhan anak, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Memisahkan anak pada waktu tidur malam adalah bagian dari mendisiplin anak. Tetapi, kita mesti melakukannya dengan penuh kasih serta pengertian akan kondisi anak.  Kembali kepada pertanyaan, pada umur berapakah anak seharusnya memulai proses untuk tidur terpisah, sebagai pedoman, ukuran yang dapat kita gunakan adalah kesiapannya untuk dilepasnya sedniri.   Bila ia mulai dapat dilepas untuk bermain sendiri, itu berarti sudah tiba saatnya buat kita untuk memulai proses pemisahan tidur.

Kadang proses pemisahan tidur terhambat oleh masalah lain. Misalnya, konflik suami-istri atau suasana lingkungan yang mencekam dapat menambah rasa cemas anak. Bila ini terjadi, kita harus fleksibel dan bersabar untuk mendampinginya namun tetap dengan cara yang sama, bukan dengan tidur dengannya terus menerus. Adakalanya kita pun mempunyai masalah meninggalkan anak sendirian karena ingin terus menyayangi dan melindunginya. Akhirnya ia makin bergantung dan tidak berkesempatan mengembangkan kemandirian. Sudah tentu ini tidak sehat. Bukannya menolongnya, kita malah merugikannya sebab ia terus bergantung pada kita.

Sudahkah kita mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yg mandiri ?

 

 

 

 

Sumber : sabda berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami